Boejjanger Post

BoejjangeRs blog

Minggu, 19 Juni 2016

ANALISIS KEPUTUSAN INVESTASI MODAL

Analisis Keputusan Investasi Modal

Keputusan investasi modal berkaitan dengan proses perencanaan, penetapan tujuan, dan proritas, pengaturan pendanaan, dan penggunaan kriteria tertentu untuk memilih aktiva jangka panjang.  Keputusan investasi modal menempatkan sebagian sumber daya perusahaan pada risiko, sehingga keputusan investasi modal merupakan keputusan yang sangat penting bagi manager. Pengambilan keputusan investasi modal disebut juga dengan penganggaran modal, yang terdiri atas:Proyek Independen adalah proyek investasi yang tidak saling berkaitan yaitu apabila ada proyek yang diterima atau ditolak tidak akan mempengaruhi proyek lainnya.
Proyek Saling Ekslusif adalah proyek yang mengharuskan perusahaan untuk memilih alternatif yang saling bersaing untuk menyediakan jasa yang sama.
Jenis-jenis keputusan investasi modal, antaralain:
Keputusan pengurangan biaya
Keputusan pelunasan pabrik dan fasilitas penggudangan
Keputusan pemilihan mesin
Keputusan untuk membeli dan menyewa
Keputusan penggantian peralatan
Berikut beberapa metode untuk menilai perlu tidaknya suatu investasi atau untuk memilih alternatif investasi adalah:
Pay Back Method adalah menentukan penerimaan atau penolakan suatu usulan investasi jangka waktu yang diperlukan untuk menutup kembali investasi.
Average Return on Investment adalah menggunakan perhitungan angka laba akuntansi.
Present Value Method adalah teknik yang didasarkan pada arus kas yang didiskontokan.
Discounted Cash Flows Methode adalah hampir sama dengan present value method, yang membedakan adalah tarif kembalian dihitung sebagai dasar untuk menerima maupun menolak usulan investasi.
Modified Internal Rate of Return adalah suatu tingkat diskonto yang menyebabkan present value biaya sama dengan present value nilai terminal.
Profitability Index adalah nilai tunai semua kas masuk yang diterima sesudah investasi awal dibagi dengan investasi awal.
Contoh Kasus:

PT DUTA merencanakan sebuah proyek investasi yang diperkirakan akan menghabiskan dana sebesar Rp.750.000.000,- Dana tersebut Rp.100.000.000,- merupakan modal kerja, dan sisanya modal tetap dengan nilai residu diperkirakan sebesar Rp.150.000.000,-dan mempunyai umur ekonomis 5 tahun. Proyeksi penjualan selama usia ekonomis diperkirakan sebagai berikut:

Tahun 1           Rp.400.000.000,-
Tahun 2           Rp.450.000.000,-
Tahun 3           Rp.500.000.000,-
Tahun 4           Rp.550.000.000,-
Tahun 5           Rp.600.000.000,-

Struktur biaya pada proyek ini adalah biaya variabel 40%, dan biaya tetap tunai selain penyusutan sebesar Rp.20.000.000,-pertahun. Pajak yang diperhitungkan 30% dan return yang diharapkan 18 %.

Dari data tersebut apakah proyek investasi tersebut layak dijalankan!(Gunakan 5 metode penilaian)


















Sabtu, 18 Juni 2016

ANALISIS STRUKTUR MODAL

Tugas : Struktur Modal & contoh #


Pengertian Struktur Modal
Pada dasarnya tugas manajer keuangan perusahaan adalah berusaha mencari keseimbangan finansial neraca yang dibutuhkan serta mencari susunan kualitatif neraca tersebut dengan sebaik-baiknya. “Pemilihan susunan kualitatif pada sisi assets akan menentukan struktur kekayaan perusahaan, sedangkan pemilihan susunan kualitatif dari sisi liabilities dan equities akan menentukan struktur keuangan dan struktur modal perusahaan” (Riyanto, 1984, p.4). Wasis (1981) menyatakan bahwa struktur modal harus dapat dibedakan dengan struktur keuangan. Struktur keuangan menyatakan dengan cara bagaimana harta perusahaan dibiayai. Oleh karena itu struktur keuangan adalah keseluruhan yang terdapat di dalam Neraca sebelah kredit. Pada neraca sebelah kredit terdapat hutang jangka panjang maupun jangka pendek, dan modal sendiri baik jangka panjang maupun jangka pendek. Jadi struktur keuangan mencakup semua pembelanjaan baik jangka panjang maupun jangka pendek. Sebaliknya struktur modal hanya menyangkut pembelanjaan jangka panjang saja. Tidak termasuk pembelanjaan jangka pendek.

Weston dan Copeland (1992) memberikan definisi struktur modal sebagai pembiayaan permanen yang terdiri dari hutang jangka panjang, saham preferen, dan modal pemegang saham. Nilai buku dari modal pemegang saham terdiri dari saham biasa, modal disetor atau surplus modal dan akumulasi laba ditahan. Bila perusahaan memiliki saham preferen, maka saham tersebut akan ditambahkan pada modal pemegang saham.
Menurut Lawrence, Gitman (2000, p.488), definisi struktur modal adalah sebagai berikut: ”Capital Structure is the mix of long term debt and equity maintained by the firm”. Struktur modal perusahaan menggambarkan perbandingan antara hutang jangka panjang dan modal sendiri yang digunakan oleh perusahaan. Ada dua macam tipe modal menurut Lawrence, Gitman (2000) yaitu modal hutang (debt capital) dan modal sendiri (equity capital). Tetapi dalam kaitannya dengan struktur modal, jenis modal hutang yang diperhitungkan hanya hutang jangka panjang.

Komponen Struktur Modal
1. Hutang Jangka Panjang
Jumlah hutang di dalam neraca akan menunjukkan besarnya modal pinjaman yang digunakan dalam operasi perusahaan. Modal pinjaman ini dapat berupa hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang, tetapi pada umumnya pinjaman jangka panjang jauh lebih besar dibandingkan dengan hutang jangka pendek.
Menurut Sundjaja dan Barlian (2003, p.324), “hutang jangka panjang merupakan salah satu dari bentuk pembiayaan jangka panjang yang memiliki jatuh tempo lebih dari satu tahun, biasanya 5 – 20 tahun”. Pinjaman hutang jangka panjang dapat berupa pinjaman berjangka (pinjaman yang digunakan untuk membiayai kebutuhan modal kerja permanen, untuk melunasi hutang lain, atau membeli mesin dan peralatan) dan penerbitan obligasi (hutang yang diperoleh melalui penjualan surat-surat obligasi, dalam surat obligasi ditentukan nilai nominal, bunga per tahun, dan jangka waktu pelunasan obligasi tersebut).
Mengukur besarnya aktiva perusahaan yang dibiayai oleh kreditur (debt ratio) dilakukan dengan cara membagi total hutang jangka panjang dengan total asset. Semakin tinggi debt ratio, semakin besar jumlah modal pinjaman yang digunakan di dalam menghasilkan keuntungan bagi perusahaan.

Beberapa hal yang menjadi pertimbangan manajemen sehingga memilih untuk menggunakan hutang menurut Sundjaja at. al (2003) adalah sebagai berikut:
1. Biaya hutang terbatas, walaupun perusahaan memperoleh laba besar, jumlah bunga yang dibayarkan besarnya tetap.
2. Hasil yang diharapkan lebih rendah daripada saham biasa
3. Tidak ada perubahan pengendalian atas perusahaan bila pembiayaan memakai hutang.
4. Pembayaran bunga merupakan beban biaya yang dapat mengurangi pajak
5. Fleksibilitas dalam struktur keuangan dapat dicapai dengan memasukkan peraturan penebusan dalam perjanjian obligasi.

Kreditur (investor) lebih memilih menanamkan investasi dalam bentuk hutang jangka panjang karena beberapa pertimbangan. Menurut Sundjaja at. al (2003), pemilihan investasi dalam bentuk hutang jangka panjang dari sisi investor didasarkan pada beberapa hal berikut:1. Hutang dapat memberikan prioritas baik dalam hal pendapatan maupun likuidasi kepada pemegangnya.
2. Mempunyai saat jatuh tempo yang pasti.
3. Dilindungi oleh isi perjanjian hutang jangka panjang (dari segi resiko).
4. Pemegang memperoleh pengembalian yang tetap (kecuali pendapatan obligasi).

2. Modal Sendiri

Menurut Wasis (1981), dalam struktur modal konservatif, susunan modal menitikberatkan pada modal sendiri karena pertimbangan bahwa penggunaan hutang dalam pembiayaan perusahaan mengandung resiko yang lebih besar dibandingkan dengan penggunaan modal sendiri. Menurut Sundjaja at al. (2003, p.324), “modal sendiri/equity capital adalah
dana jangka panjang perusahaan yang disediakan oleh pemilik perusahaan (pemegang saham), yang terdiri dari berbagai jenis saham (saham preferen dan saham biasa) serta laba ditahan”.
Pendanaan dengan modal sendiri akan menimbulkan opportunity cost. Keuntungan dari memiliki saham perusahaan bagi owner adalah control terhadap perusahaan. Namun, return yang dihasilkan dari saham tidak pasti dan pemegang saham adalah pihak pertama yang menanggung resiko perusahaan. Modal sendiri atau ekuitas merupakan modal jangka panjang yang diperoleh dari pemilik perusahaan atau pemegang saham. Modal sendiri diharapkan tetap berada dalam perusahaan untuk jangka waktu yang tidak terbatas sedangkan modal pinjaman memiliki jatuh tempo. Ada 2 (dua) sumber utama dari modal sendiri yaitu:

a) Modal saham preferen
Saham preferen memberikan para pemegang sahamnya beberapa hak istimewa yang menjadikannya lebih senior atau lebih diprioritaskan daripada pemegang saham biasa. Oleh karena itu, perusahaan tidak memberikan saham preferen dalam jumlah yang banyak.
Beberapa keuntungan penggunaan saham preferen bagi manajemen menurut Sundjaja at. al (2003) adalah sebagai berikut:
  1. Mempunyai kemampuan untuk meningkatkan pengaruh keuangan.
  2. Fleksibel karena saham preferen memperbolehkan penerbit untuk tetap pada posisi menunda tanpa mengambil resiko untuk memaksakan jika usaha sedang lesu yaitu dengan tidak membagikan bunga atau membayar pokoknya.
  3. Dapat digunakan dalam restrukturisasi perusahaan, merger, pembelian saham oleh perusahaan dengan pembayaran melalui hutang baru dan divestasi.

b) Modal saham biasa
Pemilik perusahaan adalah pemegang saham biasa yang menginvestasikan uangnya dengan harapan mendapat pengembalian dimasa yang akan datang. Pemegang saham biasa kadang-kadang disebut pemilik residual sebab mereka hanya menerima sisa setelah seluruh tuntutan atas pendapatan dan asset telah dipenuhi.
Ada beberapa keunggulan pembiayaan dengan saham biasa bagi kepentingan manajemen (perusahaan), menurut Sundjaja at. al (2003), yaitu :

  1. Saham biasa tidak memberi dividen tetap. Jika perusahaan dapat memperoleh laba, pemegang saham biasa akan memperoleh dividen. Tetapi berlawanan dengan bunga obligasi yang sifatnya tetap (merupakan biaya tetap bagi perusahaan), perusahaan tidak diharuskan oleh hukum untuk selalu membayar dividen kepada para pemegang saham biasa.
  2. Saham biasa tidak memiliki tanggal jatuh tempo.
  3. Karena saham biasa menyediakan landasan penyangga atas rugi yang diderita para kreditornya, maka penjualan saham biasa akan meningkatkan kredibilitas perusahaan.
  4. Saham biasa dapat, pada saat-saat tertentu, dijual lebih mudah dibandingkan bentuk hutang lainnya. Saham biasa mempunyai daya tarik tersendiri bagi kelompok-kelompok investor tertentu karena (a) dapat memberi pengembalian yang lebih tinggi dibanding bentuk hutang lain atau saham preferen; dan (b) mewakili kepemilikan perusahaan, saham biasa menyediakan para investor benteng proteksi terhadap inflasi secara lebih baik dibanding saham preferen atau obligasi. Umumnya, saham biasa meningkat nilainya jika nilai aktiva riil juga meningkat selama periode inflasi.
  5. Pengembalian yang diperoleh dalam saham biasa dalam bentuk keuntungan modal merupakan obyek tarif pajak penghasilan yang rendah. (Weston & Copeland) Menurut Wasis (1981, p.81), “pemilik yang menyetorkan modal akan menjadi penanggung resiko yang pertama. Artinya bahwa pihak non pemilik tidak akan menderita kerugian sebelum kewajiban dari pemilik ditunaikan seluruhnya.
Kerugian perusahaan pertama-tama harus dibebankan kepada pemilik. Dari segi investor (Sundjaja, 2003), keuntungan menggunakan saham (modal sendiri) adalah sebagai berikut:
1. Memiliki hak suara (hak kendali) dalam perusahaan.
2. Tidak ada jatuh tempo.
3. Karena menanggung resiko yang lebih besar, maka kompensasi bagi pemegang modal sendiri lebih tinggi dibanding dengan pemegang modal pinjaman.

Contoh Soal:
Pembuatan perusahaan suku cadang membutuhkan dana yang dapat dipenuhi oleh 2 alternatif pendanaan. 
Alternatif 1: long term debt $ 100.000 dengan tingkat bunga 16% dan sisanya menggunakan saham biasa 4.000 lembar.
Alternatif 2: Long term debt $ 200.000 dengan tingkat bunga 17% dan total seluruh pendanaan $ 300.000 lembar.
Tax 40%.

a. Hitunglah EBIT dan EPS pada indifferent point buktikan dengan menggunakan laporan laba rugi?
b. Apabila EBIT $ 75.000, maka alternatif mana yang layak dipakai?

Jawab 
a. Alternatif 1
dik:
long term debt = $ 100.000
saham biasa = 4.000 lembar
total saham biasa = $ 200.000
Total pendanaan = $ 300.000

Alternatif 2
dik:
long term debt = $ 200.000
saham biasa = $ 100.000
lembar saham biasa = 2.000 lembar
Total pendanaan = $ 300.000

Alternatif 1
EBIT         = X
Interest      = 16.000 -
EBT          = X - 16.000
Tax (40%) = 0,4X - 6.400 -
EAT           = 0,6X - 9.600
Eps 1         = 0,6 X - 9.600 
                          4.000

Alternatif 2
EBIT         = X
Interest      = 34.000 -
EBT          = X - 34.000
Tax (40%) = 0,4X - 13.600 -
EAT          = 0,6X - 20.400

Eps 1 = 0,6 X - 20.400
                2.000
  
                        EPS 1 = EPS 2
            0,6 X - 9.600  =  0,6 X - 20.400
                   4.000                2.000
 1.200 X -19.200.000 = 2.400 X - 81.600.000
               - 12.000 X  = - 62.400.000
                              X = $ 52.000

Laporan laba rugi:
Alternatif 1
EBIT               = 52.000
Interest            = 16.000 -
EBT                = 36.000
Tax (40%)      = 14.400 -
EAT               = 21.600 
EPS 1 = 21.600 / 4.000 = $ 5,4
Alternatif 2
EBIT               = 52.000
Interest            = 34.000 -
EBT                = 18.000
Tax (40%)      = 7.200 -
EAT               = 10.800 
EPS 2 = 10.800 / 2.000 = $ 5,4
Alternatif 1
Apabila EBIT = $ 75.000
EBIT               = 75.000
Interest            = 16.000 -
EBT                = 59.000
Tax (40%)      = 23.600 -
EAT               = 35.400 
EPS 2 = 35.400 / 4.000 = $ 8,85
Alternatif 2
EBIT               = 75.000
Interest            = 34.000 -
EBT                = 41.000
Tax (40%)      = 16.400 -
EAT               = 24.600 
EPS 2 = 24.600 / 2.000 = $ 12,3
Kesimpulan : Jadi bila EBIT = $ 75.000 maka sebaiknya yang dipilih adalah Alternatif 2

Sumber :

ANALISIS KEPUTUSAN INVESTASI MODAL

Keputusan investasi modal berkaitan dengan proses perencanaan, penetapan tujuan dan prioritas, pengaturan pendanaan, dan penggunaan kriteria tertentu untuk memilih aktiva jangka panjang. Karena kebutuhan investasi modal menempatkan sejumlah besar sumberdaya pada risiko jangka panjang dan secara simultan mempengaruhi perkembangan perusahaan dimasa depan., maka hal itu merupakan salah satu keputusan terpenting yang dibuat oleh manajer.
            Proses pengambilan keputusan investasi modal seringkali disebut sebagai penganggaran modal. Ada dua jenis proyek penganggaran modal yaitu : proyek independen & proyek saling eksklusif. Proyek independen adalah proyek yang jika diterima atau ditolak, tidak akan mempengaruhi arus kas proyek lainnya.
            Keputusan investasi modal seringkali berkaitan dengan masalah investasi dalam aktiva modal jangka panjang, kecuali tanah, aktiva selalu disusutkan selama umur manfaatnya, dan investasi dipakai ketika aktiva itu digunakan. Pada umumnya, investasi modal yang baik akan menerima kembali modal awal sepanjang umurnya, dan pada saat yang sama, menghasilkan pengembalian yang cukup atas investasi awal. Jadi, salah satu tugas manajer adalah memutuskan apakah suatu investasi modal akan menghasilkan kembali sumberdaya awalnya atau tidak, dan memberikan pengembalian yang wajar.
            Untuk membuat keputusan investasi modal, seorang manajer harus mengestimasi jumlah dan waktu arus kas, menilai risiko investasi, dan mempertimbangkan dampak proyek terhadap laba perusahaan. Salah satu tugas yang paling sulit adalah mengestimasi arus kas.

·         MODEL NONDISKONTO
Model dasar untuk keputusan investasi modal dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori utama :
  1. Model Nondiskonto, mengabaikan nilai waktu dari uang.
  2. Model Diskonto, mempertimbangkan secara eksplisit.
Banyak perusahaan tampaknya menggunakan kedua model tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa kedua kategori memberikan informasi yang berguna bagi manajer pada waktu mereka harus membuat keputusan investasi modal.


Periode Pengembalian
            Salah satu jenis model nondiskonto adalah periode pengembalian. Periode pengembalian adalah waktu yang dibutuhkan oleh suatu perusahaan untuk memperoleh kembali investasi awalnya. Rumusnya :

Periode Pengembalian = Investasi semula/Arus kas tahunan

Akan tetapi, jika arus kas tidak tetap jumlahnya, maka periode pengembalian dihitung dengan menambahkan arus kas tahunan sampai waktu ketika investasi awal diperoleh kembali.
         Salah satu cara untuk menggunakan periode pengembalian adalah dengan menetapkan suatu periode pengembalian maksimum pada seluruh proyek  dan menolak setiap proyek yang melewati tingkat ini. Kesimpulannya, periode pengambalian memberi manajer informasi yang dapat digunakan sebagai berikut :
  1. Membantu mengendalikan risiko yang berhubungan dengan ketidakpastian arus kas di masa depan.
  2. Membantu meminimalkan dampak investasi terhadap masalah likuiditas perusahaan.
  3. Membantu mengendalikan risiko keusangan.
  4. Membantu mengendalikan pengaruh investasi terhadap ukuran kinerja.
Akan tetapi, metode tersebut mengandung kelemahan yang signifikan karena mengabaikan total profitabilitas proyek dan nilai waktu uang.

Tingkat Pengembalian Akuntansi
Tingkat pengembalian akuntansi merupakan model nondiskonto kedua yang umum digunakan. Tingkat pengembalian akuntansi mengukur pengembalian atas suatu proyek dalam kerangka laba, bukan dari arus kas proyek. Rumusnya :
Tingkat Pengembalian Akuntansi = Laba Rata-rata/ Investasi awal atau investasi rata-rata
            Investasi dapat didefinisikan sebagai investasi awal atau sebagai investasi rata-rata. Jika I adalah investasi awal, S adalah nilai sisa, dan dengan asumsi bahwa investasi dikonsumsi secara merata, maka investasi rata-rata dapat didefinisikan sebagai berikut :

Investasi rata-rata = (I + S)/2

Berbeda dengan metode periode pengembalian, tingkat pengembalian akuntansi mempertimbangkan profitabilitas proyek; seperti periode pengembalian, tingkat pengembalian akuntansi mempertimbangkan profitablitas proyek; seperti periode pengembalian, tingkat pengembalian akuntansi mengabaikan nilai waktu dari uang. Pengabaian nilai waktu uang juga merupakan kelemahan metode tingkat pengembalian akuntansi; periode ini dapat mengarahkan seorang manajer untuk memilih investasi yang tidak memaksimalkan laba. Model diskonto menggunakan arus kas yang didiskontokan, diamana arus kas masa depan dinyatakan dalam nilai sekarang.

·         MODEL DISKONTO : Metode Nilai Sekarang Bersih (NPV)
Model diskonto secara eksplisit mempertimbangkan nilai waktu dari uang, dan oleh karena itu memasukkan konsep diskonto arus kas masuk dan arus kas keluar. Dua model diskonto akan dipertimbangkan : nilai sekarang bersih (NPV) dan tingkat pengembalian internal (IRR).

Definisi NPV
NPV merupakan selisih antara nilai sekarang dari arus kas masuk dan arus kas keluar yang berhubungan dengan suatu proyek. Tingkat pengembalian yang diperlukan adalah tingkat pengembalian minimum yang dapat diterima. Hal itu juga disebut sebagai tingkat diskonto, tingkat rintangan/tingkat batas, dan biaya modal.
      Nilai NPV yang positif menandakan bahwa :
  1. Investasi awal telah tertutupi,
  2. Tingkat pengembalian yang diperlukan telah dipenuhi, dan
  3. Pengembalian yang melebihi dari (1) dan (2) telah diterima.
Jadi, jika NPV > 0, maka investasi tersebut menguntungkan dan karena itu dapat diterima. Jika NPV = 0, pengambil keputusan  dapat menerima atau menolak investasi itu. Akhirnya jika NPV < 0, maka investasi sebaiknya ditolak.

Tingkat Pengembalian Internal
Model diskonto lainnya adalah metode tingkat pengembalian internal (IRR). IRR adalah suku bunga yang mengatur nilai sekarang dari arus kas masuk proyek sama dengan nilai sekarang dari biaya proyek tersebut. Dengan kata lain, IRR adalah suku bunga yang mengatur NPV proyek  sama dengan nol.
    Tingkat pengembalian internal merupakan teknik investasi modal yang paling luas digunakan. Salah satu alas an bagi popularitasnya mungkin karena konsep tingkat pengembaliannya, yakni konsep yang mudah digunakan oleh para manajer. Kemungkinan lain adalah bahwa para manajer mungkin percaya bahwa IRR adalah tingkat pengembalian majemuk actual atau sebenarnya yang diterima oleh investasi awal. Persamaannya :

I - ∑ CFt / (1 + i)t

  • PASCAAUDIT PROYEK MODAL
Unsur penting dalam proses investasi modal adalah analisis lebih lanjut terhadap proyek modal segera setelah proyek diimplementasikan. Analisis ini disebut pascaaudit. Pascaaudit membandingkan manfaat aktual dengan manfaat yang diestimasi dan biaya operasional aktual dengan biaya operasional yang diestimasi;
Pascaaudit mengevaluasi hasil keseluruhan investasi dan mengusulkan tindakan perbaikan bila diperlukan.

Manfaat Pascaaudit
Perusahaan yang melakukan pascaaudit terhadap proyek modal mendapatkan beberapa manfaat :
1.      dengan mengevaluasi profitabilitas, pascaaudit menjamin bahwa sumberdaya digunakan secara bijaksana. Jika proyek berjalan dengan baik, maka hal itu mungkin memerlukan dana tambahan dan perhatian extra. Jika proyek tidak berjalan dengan baik, maka tindakan perbaikan mungkin diperlukan untuk meningkatkan kinerja atau menghentikan proyek.
2.      dampaknya terhadap prilaku manajer. Jika manajer melakukan penghitungan atas hasil pengambilan keputusan investasi modal, mereka cenderung membuat keputusan untuk kepentingan terbaik perusahaan. Sebagai tambahan, pascaaudit menyediakan umpan balik kepada manajer yang dapat membantunya memperbaiki pengsmbilan keputusan di masa dating.

·         PROYEK SALING EKSKLUSIF
Kebanyakan keputusan investasi modal berkaitan dengan proyek saling eksklusif. Bagaimana analisis NPV dan IRR digunakan untuk memilih diantara proyek yang saling bersaing merupakan pertanyaan menarik.

NPV dibandingkan dengan IRR
Baik NPV maupun IRR menghasilkan keputusan yang sama bagi proyek independen. NPV berbeda dengan IRR dalam dua hal, yaitu :
1.    NPV mengasumsikan bahwa setiap arus kas masuk yang diterima diinvestasikan kembali pada tingkat pengembalian yang diperlukan.
2.  Metode NPV mengukur proftabilitas dalam nilai absolut, sementara metode IRR mengukur profitabilitas dalam nilai relatif.

·         PENGHITUNGAN DAN PENYESUAIAN ARUS KAS
Ada dua langkah yang diperlukan untuk menghitung arus kas :
1.      Peramalan pendapatan, beban, dan pengeluaran modal.
2.      Penyesuaian arus kas kotor dengan inflasi dan pajak.
Peramalan arus kas merupakan hal teknis dengan berbagai persyaratan dan metodeloginya dipelajari secara khusus dalam penelitian pemasaran, ilmu manajemen, dan statistik.

·         INVESTASI MODAL : LINGKUNGAN MANUFAKTUR YG CANGGIH
Dalam lingkungan manufaktur yang canggih, investasi jangka panjang pada umumnya berkaitan dengan otomatisasi pabrik. Banyak manfaat yang dapat direalisasikan dengan merancang ulang dan menyederhanakan proses manufaktur saat ini. Akan tetapi, setelah manfaat dari desain ulang dan penyederhanaan dicapai, akan menjadi nyata bahwa otomatisasi dapat menghasilkan manfaat tambahan.
Meskipun analisis arus kas diskonto (dengan menggunakan nilai sekarang bersih dan tingkat pengembalian internal) tetap unggul dalam keputusan investasi modal, lingkungan manufaktur yang baru meminta perhatian yang lebih bagi penggunaan input dalam model arus kas diskonto.

Bagaimana Investasi Dibedakan
Investasi dalam proses manufaktur yang terotomatisasi adalah jauh lebih kompleks dibandingkan investasi dalam peralatan manufaktur standar di masa lalu. Bagi peralatan standar, biaya langsung akuisisi mencerminkan investasi yang sebenarnya. Biaya sampingan kadang terabaikan, padahal jumlahnya bisa jadi cukup besar.

Bagaimana Estimasi Arus Kas Operasional Dibedakan

Penghematan biaya tenaga kerja langsung sering digunakan sebagai justifikasi utama untuk melakukan otomatisasi. Dalam analisis investasi modal tradisional, manfaat yang tak berwujud dan penghematan tak langsung sering diabaikan. Akan tetapi, dalam keputusan otomatisasi, manfaat tak berwujud dan tak langsung dapat cukup berpengaruh  dan merupakan hal yang sangat penting bagi kelangsungan hidup proyek. Kualitas yang lebih baik, lebih dapat diandalkan, mengurangi waktu tenggang, meningkatkan kepuasan pelanggan, dan meningkatkan kemampuan untuk mempertahankan pangsa pasar semuanya merupakan manfaat tak berwujud namun penting dalam sistem manufaktur yang canggih.


Read More On : http://jibonk168.blogspot.com/2013/06/keputusan-invetasi-modal.html#ixzz4BwaBVvqe

Minggu, 01 Mei 2016

Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja

Pengertian Modal Kerja
Modal kerja didefinisikan sebagai aktiva lancar dikurangi kewajiban lancar. Jhon Fred Weston dan Thomas E.Copeland (1996 : 327) menjelaskan bahwa modal kerja merupakan investasi perusahaan dalam bentuk uang tunai, surat berharga, piutang dan persediaan, dikurangi dengan kewajiban lancar yang digunakan untuk membiayai aktiva lancar.

Penyebab Perubahan Modal Kerja

  1. Adanya kenaikan sector modal baik yang berasal dari laba maupun adanya pengeluaran modal saham atau tambahan investasi dari pemilik perusahaan maka modal kerja akan bertambah.
  2.  Ada pengurangan atau penurunan aktiva tetap yang diimbangi dengan bertambahnya aktiva lancar karena adanya penjualan aktiva tetap maupun melalui proses depresiasi,modal kerja kan bertambah.
  3. Ada penambahan hutang jangka panjang baik dalam bentuk obligasi, hipotek, atau hutang jangka panjang lainnya yang diimbangi dengan bertambahnya aktiva lancar, maka modal kerja akan bertambah.
  4. Karena kerugian yang diderita oleh perusahaan, baik kerugian normal maupun kerugian exidentil.maka akan mengurangi modal kerja.

 Tujuan dan Sumber Modal Kerja
Tujuan laporan perubahan modal kerja adalah memberikan ringkasan transaksi keuangan yang terjadi selama satu periode dengan menunjukan sumber dan penggunaan modal kerja dalam periode tersebut. Laporan perubahan modal kerja akan memberikan gambaran tentang bagaimana management mengelolah perputaran atau sirkulasi modalnya. Dimana sumber- sumber modal kerja berasal…
  1. Hasil operasi perusahaan.
  2. Keuntungan dari pernjualan surat-surat berharga ( investasi jangka pendek )
  3. Penjualan aktiva tidak lancar
  4. Penjualan saham atau obligasi
1)    Laporan Sumber-Sumber Dan Penggunaan Dana (Dalam Artian Kas)
a.    Langkah-langkah menyusun laporan sumber-sumber dan penggunaan dana
  • Menyusun laporan perubahan neraca, yang menggambarkan      perubahan masing-masing elemen neraca antara dua titik waktu yang akan dianalisa (bulanan atau tahunan).
  • Mengelompokkan perubahan-perubahan dalam golongan perubahan yang memperbesar / memperkecil kas.
  • Mengelompokkan elemen-elemen dalam laporan rugi dan laba (laporan laba ditahan) ke dalam golongan yang memperbesar/ memperkecil kas.
  • Mengadakan konsolidasi dari semua informasi ke dalam laporan sumber-sumber dan penggunaan dana

b.    Perubahan elemen neraca antara dua saat efeknya memperbesar kas disebut sumber-sumber dana
1.    Berkurangnya aktiva lancar selain kas.
2.    Berkurangnya aktiva tetap.
3.    Bertambahnya setiap jenis hutang.
4.    Bertambahnya modal.
5.    Adanya keuntungan dari operasi perusahaan.
6.    Kerugian operasi perusahaan

Laporan perubahan modal kerja dan laporan sumber-sumber dan penggunaan modal kerja


Unsur-unsur modal kerja
31/12/1980
31/12/1981
Perubahan Modal Kerja
Bertambah
Berkurang
Aktiva Lancar
Kas
Rp.     600
Rp.     700
Rp.      100
Rp.         -
Efek
Rp.     700
Rp.     500
Rp.          -
Rp.     200
Piutang
Rp.  1.200
Rp.  1.000
Rp.          -
Rp.     200
Barang
Rp.  2.200
Rp.  2.600
Rp.      400
Rp.         -
Jumlah aktiva lancar
Rp.  4.700
Rp.  4.800
Hutang Lancar
Hutang perniagaan
Rp.  1.500
Rp.  1.000
Rp.      500
Rp.         -
Hutang wesel
Rp.  1.000
Rp.  1.200
Rp.          -
Rp.     200
Jumlah hutang lancar
Rp.  2.500
Rp.  2.200
Modal Kerja
Rp.  2.200
Rp.  2.600
Rp.   1.000
Rp.     600
Tambah modal kerja
Rp.          -
Rp.     400
Jumlah
Rp.  1.000
Rp.  1.000
Dari tabel diatas, menunjukan bahwa modal kerja PT. EDI CORP pada tahun 1981 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya sebesar Rp.400,00 yang berasal dari bertambahnya kas Rp.100,00 dan barang (inventory) Rp.400,00, serta berkurangnya hutang perniagaan sebesar Rp.500,-, yang dikuti berkurangnya efek dan piutang masing-masing Rp.200,00, serta bertambahnya hutang wesel sebesar Rp.200,00.

      Laporan sumber-sumber dan penggunaan modal kerja

PERUSAHAAN PT. EDI CORP
LAPORAN SUMBER-SUMBER DAN PENGGUNAAN DANA
31 DESEMBER 1980 – 31 DESEMBER 1981
(DALAM RIBUAN RUPIAH)

Sumber-Sumber
Penggunaan
Dana dari operasi :
Keuntungan neto
Rp.  1.500
Cash deviden
Rp.     700
Depresiasi
Rp.     500
Bertambahnya mesin
Rp.  1.000
Bertambahnya hutang jangka panjang
Rp.  1.500
Bertambahnya tanah
Rp.  1.400
Bertambahnya modal kerja
Rp.     400
Rp.  3.500
Rp.  3.500
Tabel diatas menunjukan sumber-sumber modal kerja pada PT. Rahayu berasal dari keuntungan neto, depresiasi dan bertambahnya utang jangka panjang, dimana penggunaan modal kerjanya adalah pembagian deviden, penambahan mesin, pembelian tanah dan sisanya sebagai tambahan modal kerja.

Sumber :


ANALISIS BREAK EVENT POINT dan CONTOH KASUS

ANALISIS BREAK EVENT POINT

Definisi Break Event Point
Pengertian Break Even Point adalah kondisi dalam suatu operasi entitas bisnis tidak menghasilkan laba, pun tidak mengalami kerugian. Dalam bahasa sederhana: IMPAS  (pendapatan = beban). Break Even Point seringkali disingkat BEP dalam penyebutannya agar mudah oleh kebanyakan orang.

Manfaat Break Event Point
Sebagai alat dalam perencanaan untuk menghasilkan laba
BEP menydiakan informasi tentang berbagai tingkat jumlah volume suatu penjualan dan hubungannya dengan potensi mendapatkan laba berdasarkan tingkat volume penjualan yg bersangkutan
Untuk mengevaluasi laba entitas secara keseluruhan.
Mengganti tebalnya sistem laporan dengan grafik yang sangat mudah dibaca ataupun dimengerti.

Kegunaan Break Event Point
Diatas  sudah dijabarkan analisa BEP penting bagi pimpinan manajemen suatu perusahaan untuk bisa mengetahui berapa tingkat produksi dimana total biaya yang dikeluarkan akan sama dengan total jumlah penjualan. Dengan kata lain, dengan: BEP manajemen akan tahu hubungan antara produksi, harga jual, penjualan, biaya, laba ataupun rugi sehingga bisa mempermudah manajemen dalam pengambilan sebuah keputusan.
Contoh kasus dan penyelesaian
Sebuah perusahaan mempunyai data sebagai berikut :
Kapasitas normal200.000 unit
Biaya tetapRp 12.000.000,00
Biaya variabelRp 135,00 per unit
Harga jualRp 225,00 per unit
Diminta:
A. Membuat break even point dalam rupiah, unit, dan persentase dari kapasitas.

B. Margin of safety ratio bila operasi pada kapasitas normal.

C. Berapa break even point apabila harga jual turun Rp 25,00 ?

D. Berapa penjualan harus dilakukan untuk memperoleh laba : Rp      3.000.000,00 dengan
Data Nomer 1
Data Nomer 3
E. Break Event Point dalam rupiah bila biaya tetap turun Rp. 2.000.000

Jawab :
A. Break Event Point =  biaya tetap 1-(VC/Harga  jual)        = Rp.12.000.0001-135225   =Rp.12.000.0000.4
= Rp. 30.000.000
Dalam Unit = Rp. 30.000.000/225 = 133.330 unit
Dalam presentase = 133.330 unit/200.000 unit x 100% = 66.6%

B. Presentase margin of saley = 100%-66.6% = 33.3%
Bila di nyatakan dengan rupiah = 33.3%(200.000 x Rp. 225) = Rp. 15.000.000

C. BEPBiaya tetap1-(VC/Harga jual)        =Rp.12.000.0001-(135200) = Rp.12.000.0000.325
= Rp. 37.000.000

D. Jumlah unit yang diperlukan
(Rp. 12.000.000 + Rp. 3.000.000)/0.4 = Rp. 37.500.000

E. Jumlah Unit yang diperlukan 
(Rp. 12.000.000 + Rp. 3.000.000)/0.325 = Rp. 46.100.000

http://www.belajarakuntansionline.com/contoh-soal-break-even-point-dan-penyelesaiannya/.